Selasa, 10 Juli 2012

Perjalanan Panjang Dalam Menuntut Ilmu

Wednesday,11 july 2012
Makkah Saudi Arabia
Bismillah...
Pendakian dan perjalanan penjang dalam menuntut ilmu pasti tidak ada yang mudah dan mulus.di sana ada safar,bertemu dengan para ulama',duduk di majelisnya,atau bahkan kita harus rela membuka dompet untuk membeli kitab-kitab rujukan.cobaan demi cobaan akan kita dapatkan baik itu bersumber dari diri kita atau oranglain yang ada di sekitar kita.Ini adalah tantangan dan ujian yang tidak sepantasnya di tinggalkan begitu saja.kita harus berani menghadapinya.bagaimanapun kata orang.kegagalan demi kegagalan adalah awal dari keberhasilan...mungkin banyak juga di antara kita yang lebih memilih mundur dan tidak mau mencoba kembali sejak awal karena takut kegagalan akan terulang untuk kedua kalinya...ini adalah kesalahan fatal...

Ini foto 2 teman seperjuangan ketika mendaki salah satu gunung tertinggi di To'if Saudi Arabia
Dan mereka adalah salah satu teman terbaik ana dalam Pendakian Menuju Cahaya
Cahaya di atas Cahaya


 Janganlah kita mengikuti dan terpengaruh dengan banyaknya orang yang menghina dan mencaci.sungguh mereka tidak lain hanya menginginkan kegagalan dan kehancuranmu...
Mereka tidak lebih tau siapa dirimu melebihi kamu sendiri...
Rubahlah setiap kalimat negatif yang datang kepadamu menjadi kalimat positif yang membangun...
Mungkin dalam 1 hari ada ribuan kalimat negatif yang kamu dengar, itu bukan batu sandung pendakianmu justru jadikanlah itu nutrisi bergizi penyemangat dalam mengejar cahayamu...


Para pemburu ilmu juga sangat banyak dan kompleks,mulai dari anak-anak hingga kakek-kakek,ini memang sudah tuntutan dan kewajiban kaum muslimin bahwasanya menuntut ilmu sejak kita membuka mata pertama (buaian) hingga kita menutup mata untuk mengakhiri kehidupan di dunia.sekolahan-sekolahan dari TK sampai Perguruan Tinggi,baik negri atau swasta menjamur di mana-mana.

Atau bahkan kita lihat kesadaran untuk menuntut ilmu pada zaman sekarang telah semakin populer.kursus-kursus pelatihan bisa kita dapati di setiap kota,atau bahkan kajian ilmiyah dan banyak juga yang belajar ke luar negri,sangat berbeda dengan zaman rezim ditaktor indonesia pada era di bawah tahun 2000-an,ini bisa di bilang nikmat dari Alloh.

Kebebasan pers dan berpendapat sudah menjadi rahasia umum di indonesia,bahkan saking bebasnya seorang pelacur lebih terhormat dari pada istri yang sah...
inilah fakta...
FAKTA DI INDONESIA

Coba kita lihat tontonan televisi indonesia,menurut ana dari sekian setasiun tv yang orbit hanya 5%  saja tayangan yang mendidik...
Sejak pagi hingga malam kita hanya di suguhi dengan berita korupsi,perampokan,pembunuhan,penipuan dan berita-berita yang tidak sepantasnya di tonton oleh masyarakat khususnya anak-anak dan para pelajar.seolah-lah kita di ajari cara membunuh,cara merampok,korupsi,berzina.Nauzubullah min dzalik... belum lagi iklan-iklanya banyak mengajak kepada zina,berpakaian tapi telanjang...hufh.
Imam Ahmad berkata: “Aku tidak mengetahui sebuah dosa -setelah dosa membunuh jiwa- yang lebih besar dari dosa zina.” Dan Allah menegaskan pengharamannya dalam firmanNya: “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina kecuali orang-orang yang bertaubat …” (Al-Furqan: 68-70).
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji (fahisyah) dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra’: 32).

Sahabat cahaya sekalian pasti hapal dan ingat perkataan imam syafi'i ketika mengadi kepada gurunya(imam waqi') tentang sulitnya hapalanya. Imam Syafi'i pernah berkata :
Syakautu ila wakiin su'a hifdzi...
fa arsyadani ila tarkil ma'asi
fa akhbirni bianna ilma nurun
wa nurrullahi laa yuhda lil aasi
 Dia mengadu kepada gurunya, Imam Malik namaya. Dia mengadu karena hafalan beliau buruk, padahal baliau sudah hafal al-Qur'an dalam umur 9 tahun dan hafal ribuan hadist dalam umur 12 tahun.... tapi beliau masih menganggap buruk hafalannya. akhirnya Imam Malik berkata kepadanya, ilmu itu cahaya Allah, dan cahaya Allah tidak akan masuk kepada orang yang berbuat maksiat.ini termasuk yang ana maksudkan dari judul blog ana
PENDAKIAN MENUJU CAHAYA.
 Intinya jauhilah perbuatan maksiat agar kita dapat dengan mudahnya meresap ilmu yang di berikan dari Ustdz atau guru kita.

Sahabat cahaya perjalanan kita masih panjang dan berat,carilah bekal-bekal yang baik dan bergizi...dan dapatkanlan bekal itu dengan cara yang baik.insyalloh itu lebih barokah dan bermanfaat bagi diri kita.
berikut ana cuplikan beberapa kalimat tentang:
آدَابُ الطَّالِبِ فِي نَفسِهِ
ADAB-ADAB SEORANG THOLIB

TERHADAP DIRINYA


تطهيرُ القلبِ مِن كلِّ غشٍ و غلٍ و حسدٍ و سوءِ معتقدٍ أو خلقٍ ليصلُحَ بذالك لقبولِ العلمِ و حفظِه

“Membersihkan hati dari kedengkian, dendam dan hasad serta jeleknya keyakinan atau akhlak agar dengan itu dapat menerima ilmu dan menghafalnya dengan baik.”

 حسنُ النّيّةِ في طلبِ العلمِ بأن يقصدَ به وجهَ اللهِ تعالى و العملَ به و إحياءَ السّنّةِ و تنويرَ قلبِه و تحلِيَةَ باطنِه

“Memiliki niat yang baik dalam tholabul ilmi dengan bertujuan meraih keridhoan Alloh Ta’ala dan mengamalkanya serta menghidupkan sunnah, menerangi hatinya dan mengisi batinnya.”

المبادرةُ إلى تحصيلِ العلمِ في وقتِ الشّبابِ, و لايغتر بخدعِ التّسويفِ و التَّأمِيلِ, فإنّ كلَّ ساعةٍ تُمضِي مِن عمرِه لا بَدَلَ لها و لا عِوَضَ .

“Bersegera untuk mencapai ilmu di waktu muda, jangan terpengaruh dengan tipuan orang-orang yang mengulur-ngulur (waktunya) karena setiap waktu yang telah lewat dari umur tidak ada penggantinya.”

 أن يقنعَ مِن الوقتِ بما تيسّر و مِن اللِّباسِ بما تيسّر مثله و إن كان خَلِقًا, فبالصّبرِ على ضيقِ العيشِ ينالُ سعةَ العلمِ 

“Merasa cukup dengan makanan yang didapat dan pakaian yang dimiliki meski telah usang. Kesabaran atas kesulitan hidup akan meraih keluasaan ilmu.”

أن يقسّمَ أوقاتِ ليلِه و نهارِه, و يغتنم ما بقي مِن عُمرِه فإنّ بقيةَ العُمرِ لا قيمةَ له. و أجوَدُ الأوقاتِ للحفظِ الأسحارُ و للبحثِ الأبكارُ و للكتابةِ وسطُ النّهارِ و للمطالعةِ و المذاكرةِ اللّيلُ .

“Membagi waktu malamnya dan siangnya, serta memanfaatkan sisa umurnya, sebab umur yang tersisa itu tiada taranya.

Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah waktu sahur (menjelang subuh), dan untuk mempelajari sesuatu adalah pagi-pagi, adapun untuk menulis adalah pertengahan siang sedang untuk menela’ah dan mengulang pelajaraan adalah malam hari.”

أن يقلّلَ مِن نومِه مالم يلحقه ضررٌ في بدنِه و ذِهنِه لا يزيد في نومِه في اليومِ و اللّيلةِ عن ثمانِ ساعاتٍ 

“Mengurangi waktu tidur selama tidak membahayakan badan dan pikirannya, (hendaknya) waktu tidur tidak lebih dari delapan jam sehari dan semalam.”

من أعظمِ الأسبابِ العينةِ على الإشتغالِ بالعلمِ و الفهمِ و عدمِ الملالِ, أكلُ القدرِ اليَسِيرِ مِن الحلالِ لأنّ كثرةَ الأكلِ جالبةٌ لكثرةِ الشُّربِ و كثرتِه جالبةٌ للنّومِ و البَلادَةِ .

“Diantara sebab terbesar yang dapat membantu agar (selalu) sibuk dengan ilmu dan tidak bosan ialah makan dengan kadar yang ringan dari yang halal, karena banyak makan dapat mendorong untuk banyak minum kemudian menyebabkan banyak tidur dan kebodohan.”

أن يأخدَ نفسَه بالورعِ في جميعِ شأنِه و يتحرّى الحلالَ في طعامِه و شرابِه و لباسِه و مَسكَنِه 

“Menumbuhkan sikap waro’ dalam segenap urusannya dan berusaha agar makanannya, minumannya, pakaiannya dan tempatnya (senantiasa) halal.”

يَنبَغِي لطالبِ العلمِ أن لا يُخالِطَ إلا مَن يُفِيدُه أو يَستَفِيدُ مِنه 

“Seorang tholabul ilmi sepatutnya tidak bergaul kecuali dengan orang yang dapat memberinya faedah atau dapat mengambil faedah darinya.”

أن يجتنبَ اللَّعِبَ و العَبَثَ و التَّبَذُّلَ في المجالسِ بالسُّخفِ و الضَّحكِ. و لا بأس أن يريحَ نفسَه و قلبَه و بصرَه بتَنَزُّهٍ في المُتَنَزِّهاتِ, و لابأس بمعاناةِ المشيِ و رياضَةِ البدنِ به .

“Menjauhi perkara yang sia-sia dan main-main serta majlis-majlis yang dipenuhi dengan tertawa dan hal yang tiada guna. Tidak mengapa untuk menghibur jiwa, hati dan pandangannya dengan bertamasya ke suatu tempat, tidak mengapa pula menyegarkan kaki dan berolah raga badan.”


{( مِن هديِ السّلفِ فِي طلبِ العلمِ, بصفحة 47 – 55 )}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar