SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PAI
MANAJEMEN INFORMASI PENDIDIKAN ISLAM
(ANALISIS
STAKEHOLDER LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM)
(MAKALAH)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sistem Informasi Manajemen PAI
Dosen
: Dr. Helmawati, S.E., M.Pd.I.
Disusun Oleh :
Hendra Hidayat, S.Pd.I.
PROGRAM
PASCASARJANA
MAGISTER
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi
Indonesia, sebagian tanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa terletak
pada lembaga pendidikan Islam yang merupakan bagian dari sistem pendidikan
nasional. Secara operasional, lembaga tersebut memang dikelola oleh kementerian
agama yang terpisah dengan lembaga pendidikan umum lainnya. Namun dari segi
misi, lembaga pendidikan Islam juga mengarah pada destinasi yang sama yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia yang berilmu, bertakwa dan
berbudi pekerti sehingga eksistensinya memberikan kebaikan bagi umat manusia.
Demikian
halnya pada dimensi pendidikan, Islam adalah promotor utama dalam mengeliminasi
budaya yang tidak menguntungkan kehidupan manusia yang berasal dari perbuatan
manusia dari institusi yang ada. Pendidikan Islam selain diharapkan mampu
menghasilkan terbukanya pemikiran terutama realitas kehidupan, juga memiliki
muatan yang mampu mensosialisasikan wawasan, sikap, dan perilaku manusia
terhadap nilai-nilai Islam. Artinya, pendidikan Islam yang berorientasi pada
penciptaan insan kamil, juga harus mempunyai parameter dalam konteks sosialnya.
Oleh karena itu, integrasi kecerdasan, profesionalitas, serta moralitas
kemanusiaan yang bermuara pada bentuk hubungan transendensi manusia pada
Tuhannya harus menjadi acuan dalam pendidikan Islam.
Dalam pengertiannya yang umum, pendidikan diformat sebagai jembatan yang
dianggap sebagai strategis mengantarkan peserta didik kea rah kehidupan yang
lebih baik. Oleh karena itu, atribut praktis seperti “bertakwa”, “berakhlak”,
“berbudi mulia”, “beramal saleh”, “berkarakter” dan bahkan “insan kamil yang
tangguh IPTEK dan IMTAK” tidak dipahami secara normative-teknis.
Atribut-atribut tersebut sesungguhnya memiliki nilai luhur yang biasanya
didorong oleh nilai luhur agama, namun
untuk kebutuhan mendialogkan pendidikan
dengan kebutuhan zaman , maka pendidikan dapat dipahami sebagai konsep yang
terbuka.
Tingginya tujuan pendidikan tersebut berimplikasi pada menjamurnya
pendirian Lembaga-lembaga Pendidikan Islam, akan tetapi pendirian tersbut tidak
dibarengi dengan penataan Manajemen Informasi Pendidikan Islam dengan rapih dalam
sebuah lembaga pendidikan Islam. Dalam hal ini mengatur, manajemen, memimpin
mengelola atau mengadministrasikan sumber daya dan sumber informasi sekitar
dengan pendidikan secara professional. Sehingga pada gilirannya lembaga
pendidikan Islam hanya sebagai cendera mata saja bagi perkembangan zaman yang
semakin maju. Setidaknya ada tujuh permasalahan pendidikan Islam menurut Mahmud
(2014), dua diantaranya, “Kelembagaan (tidak serius seperti mendirikan
majlis ta’lim/dakwah), Tujuan ( lebih ke kesalehan ritual ketimbang social)”.
Sementara untuk mencapai tujuan kelembagaan itu perlu adanya manajerial
lalulintas informasi dari berbagai sektor yang selanjutnya disebut
stakeholders. Mengingat pentingnya manajerial informasi dalam sebuah lembaga
pendidikan maka penulis berinisiatif mengambil judul Manajemen Informasi
Pendidikan Islam, dalam hal ini menganalisis stakeholder guna kelancaran lalu
lintas informasi untuk menjalankan misi dari lembaga pendidikan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dipahami bahwa permasalahan pendidikan
saat ini bertumpu pada system manajemen pengelolan lembaga pendidikan terutama
system manajemen informasi manajemen pengelolaan lembaga pendidikan, dalam hal
ini penulis membuat rumusan berikut:
a.
Bagaimanakah analisis yang dilakukan untuk menentukan tujuan pendidikan
yang harus dicapai oleh lembaga pendidikan (sekolah, madrasah, pesantren) ?
b.
Bagaimana menata Manajemen Inforamsi Pendidikan Islam ?
C. Tujuan Penulisan
a.
Menentukan analisis yang dilakukan untuk menentukan tujuan lembaga
Pendidikan Islam
b.
Memaparkan Manajemen Informasi Pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Urgensi Manajemen Informasi Pendidikan Islam (MIPI)
1.
Pengertian
Manajemen Informasi Pendidikan Islam
(MIPI) merupakan bagian dari komponen pendidikan yang tidak bisa dilepaskan.
Selanjutnya, lembaga pendidikan merupakan sebuah system yang didalamnya
terdapat subsitem yang disebut dengan organisasi, pengelola, pengurus, civitas
dan sebagainya. Pada hakikatnya semua term tersebut merupakan satu kesatuan
kerjasama antara dua orang atau lebih. Selanjutnya untuk menelaah
masalah-masalah yang dihadapi organisasi atau lembaga perlu ditelaah dulu
tentang organisasi.
Istilah organisasi berasal dari bahasa
Yunani yakni organon yang berarti
alat, definisi tersebut telah banyak dikemukakan oleh berbagai ahli. Walaupun
pada dasarnya definisi-definisi tersebut tidak mengandung perbedaan prinsipil
namun kiranya perlu disampaikan beberapa pendapat para ahli sebagai bahan
perbandingan.
a)
Paul Preston dan Thomas Zimmerer (1976), mengatakan bahwa, “organization is a collection of people, arranged into groups, working
together to achieve some common objectives” yang artinya organisasi adalah sekumpulan
orang-orang yang disusun dalam kelompok, yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama.
b)
James D. Mooney dalam buku The Executive Funcitions karangan Chester I.
Barnard (1983) mengatakan bahwa “Organization
is the form of every human association
for the attainment of common purpose” yang artinya organisasi adalah
setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam setiap organisasi terdapat tiga unsur dasar yaitu : Pertama, orang-orang (sekumpulan orang).
Kedua,
kerjasama. Ketiga, tujuan yang akan
dicapai. Dalam hal Pendidikan Islam ketiga unsur ini berkaitan erat terhadap
keberlangsungan Manajemen Informasi Pendidikan Islam itu sendiri.
2.
Urgensi
al-Qur’an
dan Sunah memancarkan konsep belajar mengajar yang berbeda dari konsep yang
diajarkan pilsafat positivisme[1]. Konsep belajar mengajar yang memancar
darinya tidak hanya berupa kontak peserta didik dengan guru dan objek
pembelajaran secara lahir saja, tetapi juga ada kontak secara batini. Ada
keharusan untuk mensinergikan perilaku belajar mengajar dengan apa yang Allah
swt kehendaki. Jika pengalaman belajar dengan masyiah (kehendak) Allah,
akan terbuka proses pembelajaran di luar proses pembelajaran biasa.
Dalam hal manajerial informasi, Sumber
Daya Manusia (SDM) adalah salah satu asset usaha berharga. Dalam abad informasi
ini, penekanan diutamakan terhadap asset tidak nyata (intangibles). Sumber Daya Manusia merupakan salah satu factor
penting dalam sebuah organisasi, perusahaan dan lembaga apalagi pada sebuah
manajemen, menurut Buchari Zainun (2004), manajemen sumber daya manusia
merupakan bagian terpenting. Sumber Daya Manusia disuatu lembaga atau
organisasi perlu pengembangan samapi ke taraf tertentu sesuai dengan
perkembangan lembaga itu sendiri, apabila suatu lembaga atau organisasi ingin
berkembang seyogiyanya diikuti dengan pengembangan sumber daya manusia itu
sendiri.
B. Analisis Stakeholder
Stakeholeders organisasi adalah orang, kelompok, organisasi, anggota atau pihak-pihak lainnya yang berkepentingan yang dapat
memberikan pengaruh terhadap organisasi atau mungkin sebaliknya dapat dipengaruhi oleh tindakan organisasi. Mereka
yang terkait di dalamnya disebut sebagai pemangku kepentingan (stakeholders)[2].
Analisis stakeholders adalah proses mengidentifikasi para pemangku
kepentingan, kaitan-kaitan di antara para pemegang kepentingan tersebut,
kepentingan-kepentingannya itu sendiri serta proses terjadinya saling
mempengaruhi. Analisis stakeholders biasanya dipakai dalam
perencanaan strategis (strategic planning) perusahaan, organisasi pemerintahan
atau organisasi kemasyarakatan/organisasi non – pemerintah. Dalam 10 tahun terakhir ini di semua instansi pemerintahan sudah diwajibkan melakukan strategic
planning setiap lima tahun sekali.
Perencanaan yang
dirancang dalam awal kepemimpinan akan membantu mencapai sasaran yang
diharapkan suatu organisasi. Manfaat perencaan menurut Helmawati (2015: 43)
terbagi atas empat, 1) alat pemberi arah, 2) alat memfokuskan tujuan yang akan
dicapai, 3) alat pedoman rencana dan keputusan, 4) alat bantu mengevaluasi
kemajuan yang dicapai.
Terdapat berbagai
factor yang mempunyai pengaruh terhadap organisasi yang dapat diklasifikasikan
menjadi lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Richard Osbom, (1980:
130). Dalam hal lingkungan eksternal terbagi menjadi dua macam, yakni lingkungan
umum dan lingkungan khusus. Factor-factor tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 2.1 : Factor yang mempengaruhi Organisasi
1. Lingkungan Eksternal Organisasi
a. Lingkungan Umum
Lingkungan
umum yaitu kekuatan-kekuatan yang berinteraksi dan berpengaruh terhadap seluruh
sektor kehidupan manusia, diantaranya :
1) Factor budaya
Ricard
Obsom mengutip definisi budaya sebagaimana dikemukakan oleh F.B. Taylor dalam
buku Primitive Culture, (1871: 71)
bahwa: “culture define as that complex hole wich includes knowladges, beilifs,
art, morals, customs and habits, acquired by man and as member of society” yang
artinya budaya ialah keseluruhan yang bersifat komplek yang meliputi
pengetahuan, kepercyaan atau keyakinan, kesenian, moral, kebiasaan dan
kemampuan serta kebiasaan lain yang diperlukan manusia sebagai anggota
masyarakat.
2) Iklim Ekonomi
Sumber-sumber
nilai tambah dapat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan ekonomi setiap bangsa
yang belum begitu maju. Secara singkat dapat disebutkan bahwa kondisi ekonomi
suatu bangsa menampilkan fisik dan jasa secara potensial untuk menyelenggarakan
roda organisasi.
3) Lingkungan Politik dan Hukum
Lingkungan
inimerupakan sumber aturan dan sumber alokasi kekuatan bagi para pelaksana
organisasi. Sebagai pihak yang mengalokasikan kekuatan, pemerintah juga dapat
memberikan bantuan kekuatan kepada organisasi untuk keberhasilan misinya.
4) Lingkungan Pendidikan
Perkembangan
pendidikan mempunyai pengaruh langsung terhadap perkembangan pendidikan melalui
produktifitas kerja sumber daya manusia.
b. Lingkungan Khusus
Lingkungan
khusus diartikan oleh Obsorn sebagai sejjumlah kekuatan yang terdiri atas
organisasi, individu dan lembaga yang berinteraksi dengan organisasi. Komponen-komponen
khusus meliputi :
1) Pemasok Input (Input Suppliers):
tenaga kerja (labor), modal (money), bahan mentah (raw materials).
2) Penyalur Input (Output Distributors),
maksudnya lulusan yang diharapkan, diarahkan sesuai bidangnya masing-masing.
3) Pesaing (Competitors) yaitu
lembaga-lembaga yang bergerak dibidang yang sama atau bersinggungan sehingga
memperebutkan pasar yang sama.
4) Peraturan-peraturan Pemerintah (Government
Yurisdiction)
2. Lingkungan Internal Organisasi
Lingkungan
internal organisasi atau ada juga yang menyebutnya lingkungan mikro organisasi.
Meliputi tujuan organisasi, struktur organisasi, pengambilan keputusan,
motivasi, komunikasi, koordinasi, kepemimpinan serta budaya organisasi.
Tujuan
organisasi lebih sering ditampilkan dalam istilah GAOMP yakni goals, aim,missions, objectives, mission,
purposes, dapat didefinisikan sebagai suatu hasil atau keadaan yang
diharapkan dapat dicapai yang menuntut perencanaan, pelaksaan dan pengendalian
secara seksama. Mc. Farland (1976) berpendapat sebagai berikut :
a. Aims, merupakan suatu
keadaan atau hasil yang ingin dicapai melalui kegiatan yang lingkupnya lebih
sempit dari goals.
b. Objectives (sasaran),
merupakan kategori yang bersifat spesifik tentang keadaan atau hasil yang ingin
dicapai meliputi dimensi kualitas dan kuantitas.
c. Missions, lebih
menggambarkan alasan mendasar tentang keberadaan suatu organisasi yang banyak
digunakan oleh organisasi non-bisnis.
d. Purposes, adalah suatu
situasi dimasa mendatang yang diharapkan dapat dicapai, yang lingkupnya lebih
sempit dari misi.
Analisis ini adalah metode untuk memahami dan mengidentifikasi kepentingan-kepentingan di balik tindakan aktor yang
tidak sulit untuk dilakukan. Analisis
ini, akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan bantuan matriks.
No
|
Stakeholders (Pemegang Kepentingan)
|
Apa Kepentigannya
|
Kategori
|
Posisi
|
|||
Md
|
Mb
|
L
|
N
|
K
|
|||
1
|
Pemerintah
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Dinas Pendidikan
|
|
|
|
|
|
|
3
|
DLL
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 2.1 Matriks analisis Stakeholders
Keterangan
table :
Md : Mendukung
Mb : menghambat
L : lawan
N : netral
K : kawan
C. Manajemen Informasi Kelembagaan Pendidikan Islam
Uraian mengenai konsep dasar manajemen informasi di atas stidaknya
memberikan kerangka dasar dalam pengembangan system manajemen pada bidang
pendidikan. Hal ini mengingat bahwa sebagai konsep yang universal, system
manajemen dapat saja dipraktekan dalam berbagai bidang organisasi dan tentu
saja memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, upaya manajerial informasi pada lembaga pendidikan Islam
yang mesti dilakukan dalam rangka perbaikan internal dan eksternal organisasi.
Menurut Edward Saliis (2008), hal ini sesungguhnya hanya berangkat dari asumsi
dasar bahwa sebuah institusi yang sukses menuju masa depan adalah
institusi yang responsive dan berubah
sesuai dengan tuntutan dunia sekitarnya. Menurutnya, karena institusi
pendidikan bukanlah entitas yang tetap dan tidak berubah, lembaga pendidikan
akan eksis selama ia dapat meraih tujuan yang bermanfaat. Institusi pendidikan
dan lingkungannya berada dalam suatu kondisi perubahan yang konstan, dan jika
dianalogikan dengan kehidupan biologis, maka ia memiliki life cycle (siklus kehidupan). Berikut penulis uraikan langkah-langkah
Manajerial Informasi :
a.
Pengumpulan Informasi
Pengumpulan informasi adalah kegiatan mencari dan
mendapatkan informasi. Perhatikan sumber, akses dan waktu yang tepat. Metode yang digunakan, Penelitian
literatur (mengumpulkan informasi dengan mempelajari dan meneliti rekaman dan catatan
yang ada berupa kepustakaan, penerbitan/rilis, media massa, informasi publik atau
informasi milik lembaga pemerintahan),
Survei, Pengamatan, Wawancara, Pengorganisasian dan pertemuan kelompok
fokus, Memanfaatkan acara lokal, Pertemuan dan jaringan kontak.
Faktor yang
mempengaruhi pemilihan metode dan alat pengumpulan informasi: Jenis data
dan informasi yang diinginkan, Sumber informasi potensial, Waktu yang tersedia untuk
mengumpulkan dan melaporkan informasi, Akses terhadap sumber informasi, Dana yang tersedia, Lokasi dan kondisi geografis, Keterampilan dan pengalaman pengumpul.
b.
Pengolahan dan Produksi
Pengolahan
adalah proses konversi sejumlah besar informasi, melalui penilaian dan analisa.
Artinya mengkonversi informasi mentah (sebagai bahan baku) menjadi intelijen.
Tahapan: pencatatan, penilaian,
dan analisa. Pencatatan.
Informasi yang diperoleh perlu dicatat dan disimpan. Metode pencatatan yang
digunakan hendaknya memudahkan dalam membuat perbandingan, penilaian, dan
pelaporan, biasanya dalam bentuk lembaran kerja. Penilaian Informasi.
Memilih informasi yang sesuai dengan konteks, dinilai kehandalan dan
validitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian: Relevansi, Urgensi,
Kepercayaan terhadap sumber, Kebenaran isi informasi, Beralasan tidaknya
informasi. Analisa, suatu proses
menterjemahkan informasi yang telah dinilai menjadi produk intelijen dengan mencari maknanya,
memberi arti dan menafsirkan, memadukan
dan kemudian menyimpulkan. Meliputi langkah-langkah identifikasi masalah,
penafsiran dan diintegrasikan, kemudian menarik kesimpulan.
c.
Penilaian Informasi
1)
(Dapat dipercaya sepenuhnya). Sumber dalam waktu cukup panjang memiliki
rekam jejak kepercayaan yang handal. Diberikan kepada sumber yang langsung mendapatkan sendiri informasi
yang diperlukan, selalu memberikan informasi yang benar.
2)
(Biasanya dapat dipercaya). Sumber sebagian besar
waktu mempunyai rekam jejak dapat dipercaya, tetapi
sesekali ada keraguan tentang kualitas informasi yang diberikan.
3)
(Biasanya tidak dapat dipercaya). Sumber memiliki
sejarah memberikan informasi yang sering terbukti tidak benar, tendensius, dan mungkin menyesatkan.
4)
(Tidak dapat dipercaya). Sumber dipandang tidak
mempunyai syarat-syarat untuk dipercaya, tidak memunyai akses, pembohong, suka mengarang
informasi.
5)
(Tidak diketahui). Sumber tidak atau belum dikenal,
sehingga tidak ada dasar dan pedoman untuk menentukan tingkat kepercayaannya.
Untuk lebih jelasnya berikut penulis uraikan analisis langkah-langkah
manajerial informasi dalam bentuk diagram.
Gambar 2.2 Alur Perencanaan Strategis
Gambar 2.3 : Analisa Swot
Gambar 2.4 : 10 Kemungkinan Pada Analisa Swot
Gambar 2.5 : Implementasi Analisa Swot
BAB III
PENUTUP
Dari
penuturan di atas dapat dipahami bahwa untuk menjalankan misi pendidikan dlam
sebuah lembaga tidak bisa berjalan sendiri di lingkungan internal saja.
Analisis yang diajukan diatas hanya sebagai ilustrasi dan bersifat kondisional
tergantung kepada daerah dan lingkungan lembaga pendidikan itu sendiri. Pada
intinya, lalu lintas informasi dalam sebuah lembaga pendidikan sangat
menenteukan kemajuan dan kelancaran misi dari lembaga itu sendiri. Maka dari
itu, lalu lintas informasi tersebut harus dimanajerial secara menyeluruh.
Lembaga
pendidikan Islam semestinya memiliki agenda pokok untuk pengembangan dirinya
dan dioreintasikan untuk membebaskan diri dari ketertinggalan. Lembaga
pendidikan Islam juga harus dapat menjadi transmisi bagi pembangunan
masyarakat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi untuk
hidup bersama dalam ikatan global.
DAFTAR PUSTAKA
Zainun, Buchairi. 2004. Edisi Revisi, Manajemen dan
Motivasi, Jakarta: Balai Aksara
Preston, Paul dan Thomas Zimmerer. 1976. Business an Introduction to American
Enterpise, Enlewood Cliffs, Prentice-Hall Inc.
Osborn, Richard, 1980. Organization Theory: an integrated approach. New York: Jhon Wiley
& Sons.
McFarland, Dalton. 1974. Managements, Principles and Practices. Fourth Edition, New York:
Macmillan Publishing Co., Inc.
Long, Larry, 1980. Management Informational System.
Englewood Cliffs New Jersey: Prenticeh-Hall Inc.
Sedarmayanti, 2011. Membangun Dan Mengembangkan Kepemimpinan Serta Meningkatkan Kinerja
Untuk Meraih Keberhasilan. Bandung: PT. Refika Aditama
Helmawati, 2015. Sistem
Informasi Manajemen Pendidikan Agama Islam. Bandung: Rosda Karya.
Darmawan, Didit. 2013. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Surabaya: Pena Semesta.
Ali, Nizar dan Syatibi, Ibi, 2009. Manajemen Pendidikan Islam, Ikhtiar Menata
Kelembagaan Pendidikan Islam. Tambun Selatan: Pustaka Isfahan
Djatmiko, Yayat Hayati, 2008. Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.
Dawam, Ainurrafiq dan Ta’arifin, Ahmad, 2008. Cet 3. Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren.
Listafarika Putra.
Mahmud, Seminar Revitalisasi Pendidikan
Islam, UNINUS, 17 Mei 2014
[1] Untuk lebih jelasnya
tentang Pilsafat Positivisme bias dibaca pada buku “Pilsafat Ilmu Komunikasi”
pada BAB 5 Perspektif Positivisme Hal 87, karangan Elvinaro Ardianto dan
Bambang Q Anees.
[2] Lili Sadeli, disampaikan pada Seminar Pendidikan Islam dengan tema
Kilas Balik Pendidikan Islam, STAI UNSAP Sumedang.